Sunday, October 18, 2009

Luwuk 100 hari, Saya dengar, Saya datang, Saya berjuang...

Jauh sebelum perjalanan saya ke Luwuk dimulai, kota ini tak pernah terdengar oleh saya, mungkin juga oleh sebagian teman-teman dan keluarga saya. Maka saat terdengar kata Luwuk, tak ada gambaran apapun muncul di kepala saya. Kota ini seperti tenggelam di hirup pikuknya negeri ini.

Adalah hari itu, Senin tanggal 18 Juni 2009 cerita ini pun bermulai…
Ekspresi apa yang anda harapkan dari saya ketika mendengar “Anda ditempatkan di Luwuk!” ?
Sampai saat ini pun saya tak bisa menggambarkan ekpresi saya hari itu. Terlalu gelap dan entah kenapa waktu pun seakan menghakimi dengan berjalan lebih cepat. Saya tak bisa berteriak gembira, tapi juga saya tak bisa menangis sedih, kosong hanya itu yang bisa saya katakan. Maka ada dua pilihan dalam menghadapi masalah, hindari atau hadapi. Saya pilih cara kedua karena memang tak ada jalan untuk menghindar.

Melangkah untuk pergi jauh meninggalkan kisah yang telah terungkai memang terasa berat, apalagi saya tidak tahu seperti apa tanah yang nanti akan saya pijak. Namun keterpaksaan kadang membuat semua menjadi ringan, termasuk langkah kaki saya. Sebenarnya jauh hari telah lama saya siapkan hati, bahkan dalam mimpi pun saya telah pernah menginjak kaki di bumi Celebes ini, tapi di Luwuk??? Jangankan mimpi, tahu saja baru hari itu….

Satu hal yang membuat saya kuat adalah do’a, ada banyak do’a melepas kepergian saya hari itu dan do’a itupula yang sampai saat ini menentramkan hati ini. Maka dengan sedikit menguatkan hati, saya ungkapkan, dimanapun kau Luwuk sambutlah kedatanganku.Dari jendela pesawat saya menatap tanah Sulawesi makin dekat, setitik harapan terbersit dihati “ Tuhan, kuatkan aku, seperti yang engkau sangkakan…” Bukankah tuhan mengirimkan tidak melebihi batas kemampuan hambanya???

Luwuk… Pernahkah anda mendengar nama kota ini??? Dulu sebelum ditempatkan disini saya tidak pernah tahu ada kota yang namanya Luwuk, bahkan setelah mendengarnya pun saya tidak tahu dimana lokasi kota ini… Berbekal ketidaktahuan itu saya melangkahkan kaki ke ujung peninsula timur Celebes ini, sebuah tugas menanti saya disana. Di Luwuk, kota yang begitu asing bagi saya, perjuangan saya akan mulai ditorehkan…

Tepat 100 hari yang lalu….
Kaki saya untuk pertama kalinya menginjakan kaki di Kota Luwuk. Segenap pandang saya tebarkan setelah saya turun dari pesawat Batavia yang membawa saya dari Makassar. Asing! Itulah yang saya rasakan, di Kota yang tak pernah saya kenal ini semuanya terasa berbeda. Saya arahkan pandangan ke laut menembus horizon, berharap dibalik itu terbayang tanah kelahiran, namun saya tersadar laut yang saya pandang bertolak belakang dengan tanah saya, saya memandang ke timur. Saya arahkan pandangan ke barat, apa daya terhalang bukit. Harapan saya hanya langit saat matahari bersinar terang, karna saya tahu matahari kita sama, tanpa saya sadari saat itu matahari disini turun lebih cepat 1 jam. Dengan do’a yang terlintas dihati saya melangkahkan kaki di tanah Luwuk, “Ya Allah, lindungi saya disini”.

Luwuk, 100 hari…
Luwuk, adalah ibukota Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Terletak diujung timur Sulawesi, tepat di pesisir pantai menghadap kepulauan Banggai. Kota ini memiliki kontur tanah yang cukup unik, selain berbatasan langsung dengan laut, kota ini juga berdinding bukit, sehingga secara keseluruhan kota ini berada di lereng bukit ditepi pantai. Maka jangan heran jika anda kesini jalan tanjakan adalah hal yang lumrah. Selain itu luwuk berdiri di tanah yang berkapur, bukit-bukit kapur menjulang disisi barat kota ini. Pusat bisnis kota luwuk berada di sepanjang pantai, karena disitulah tanah yang lumayan datar.

Masyarakat Luwuk selain penduduk asli, umumnya adalah pendatang, seperti Bhinneka Tunggal Ika. Etnis China, Bugis, Padang adalah suku yang mendominasi disini. Selain itu ada juga suku Jawa, Bali, Minahasa, Gorontalo, bahkan suku Batak. Umumnya pencarian masyarakat disini adalah pedagang, nelayan dan pegawai. Beberapa juga menjadi petani tapi berdomisili di luar kota. Bahasa yang dipakai adalah bahasa dialek Manado dan sedikit pengaruh Makassar, maka tak heran jika akhirnya saya bisa mengerti bahasa Saut dan Olina dan juga mengerti bahasa Cytra dan Yenni, lho?? Di kantor saya saja misalnya anda bisa menemukan, suku Bugis, Jawa, Batak, Bali, dan tentu saja Padang.

Sebagai kota yang terletak di tepi laut yang tenang, kota luwuk merupakan penghasil kekayaan laut yang potensial. Berbagai jenis makhluk laut hidup disini. Kalau selama ini saya hanya bisa nonton makhluk laut pada serial Spongebob Squarepants, sekarang saya bisa menyaksikannya sendiri, ada Patrick, Mr Crab, Squidward, Larry, kecuali Spongebob nya sendiri dan Sandy. (Untuk Spongebob bisa saya temukan di mini market) Selain itu disini juga merupakan penghasil rumput laut dan mutiara alami.

Makanan khas atau kuliner adalah hal yang selalu ditanyakan ketika kita menanyakan sebuah tempat. Tidak ada yang begitu khas disini, yang jelas jika anda kesini anda harus suka ikan. Ya.. karena semua masakan disini didominasi ikan, ada ikan bakar, ikan goreng, sup ikan, yang membedakannya hanya pada bumbu. Dhabu-dhabu bahasa Manadonya. Selain itu disini juga ada makanan dari sagu atau ONYOP, makanan ini lebih terkenal dari Papua yang disana disebut PAPEDA. Makanan seperti lem ini akan sangat nikmat bila dibarengi sup ikan. Ingin sup daging? Ada KALEDO yang tak boleh dilewatkan. Untuk makanan yang lebih ringan anda bisa mencoba Milu Siram, atau jagung yang disiram kuah bakso. Oh iya untuk sarapan anda boleh mencoba Nasi Kuning dengan sambal goreng. Jika ternyata anda bukan orang yang suka bereksperimen dengan kuliner jangan takut karena disini ada juga makanan yang bisa diterima khalayak seperti Masakan Padang, masakan Jawa Timur, Masakan Makassar dengan Coto dan Sup Konronya cukup banyak tersebar disepanjang kota Luwuk. Satu hal lagi yang tak boleh anda lewatkan, yaitu pisang goreng dengan bumbu rica atau bumbu kacang (jujur disinilah pertama kalinya saya makan pisang goreng dengan cabe), cari saja disepanjang pantai anda akan menemukan puluhan kedai penjual pisang goreng. Agar terasa lebih mantap jangan lupa untuk menikmati Saraba, minuman khas dengan aroma jahe yang tak akan pernah saya coba :p

Jika anda ke Luwuk anda mau kemana??? Ya ini juga jadi pertanyaan yang lazim dipertanyakan oleh beberapa orang yang ingin ke sebuah tempat. Mari kita susuri satu-satu. Memasuki kota luwuk anda akan disambut oleh pantai yang Indah dengan View Kota Luwuk dari samping. Kelebihan pantai ini adalah airnya yang sangat jernih dan tenang, maka tak heran jika pantai ini djadikan tempat pemandian bagi seluruh kalangan mulai dari anak-anak hingga orang tua. Sepanjang pagi dan sore pantai ini akan dipenuhi oleh masyarakat yang mandi dijernihnya air laut pantai yang kemudian akan kita kenal dengan Kilo Lima.

Jika anda agak risih dengan adanya kegiatan mandi-mandi dan hanya ingin duduk-duduk saja, datanglah ke Teluk Lalong. Makan pisang goreng sambil menyeruput Saraba akan jadi nikmat seiring merapatnya kapal dipelabuhan Teluk Lalong. Datang lah sore-sore karna kedai-kedai minuman baru akan buka dan anda bisa juga menyaksikan hilangnya matahari di balik bukit.

Ingin menikmati indahnya kota Luwuk di malam hari. KELES adalah tujuan anda berikutnya. Keles terletak diketinggian bukit dengan view langsung kota Luwuk. Dari Keles anda akan melihat kota luwuk secara keseluruhan. Dimalam hari akan menjadi lebih indah karna pesona lampu yang membuat anda berdecak kagum. Menikmati malam sambil minum dan makan makanan ringan menjadi pilihan muda-mudi kota Luwuk di Keles. Tapi bagi anda yang mudah masuk angin sebaiknya siapkan obat masuk angin atau pakailah jaket karena angin malam cukup kencang bertiup di bukit ini. Seandainya Dicky ada saya yakin tak henti-hentinya dia berpose… eh memfoto maksudnya, yang berpose saya :))

Itu hanya sebagian tempat-tempat yang wajib anda kunjungi jika ke Luwuk, jika anda punya banyak waktu anda boleh juga mengunjungi tempat-tempat menarik disekitar Luwuk seperti Bolii dengan pasir putihnya, Desa Wisata Biak, Kayutanyo, dan jika memungkinkan anda bisa melakukan ekspedisi ke kepulauan Banggai, dijamin akan menjadi petualangan yang mengasyikkan (baca juga My Notes: Merah Putih dari Timur… (Catatan Sejarah dari Salakan)).

Seorang sahabat pernah berkata pada saya: “ Saya nggak apa-apa ditugaskan di luar daerah, agar nanti saya punya kisah yang akan saya ceritakan pada anak cucu saya nantinya”. Kini saya yakin saya dan sang sahabat sudah punya banyak kisah yang tak sabar untuk dibagi. Saya masih baru 100 hari disini, entah berapa hari lagi yang saya akan lewati. Hari-hari yang dulu terasa berat kini berangsur manjadi ringan. Bagi sebagian orang saya mungkin sial karena ditempatkan jauh dari megahnya sebuah kota, namun saya merasa beruntung karena disini saya melihat sisi lain dari sebuah Negara Indonesia. Tak semua orang Indonesia barat bisa menginjak Indonesia timur. Saya adalah satu diantara orang-orang pilihan itu. Setidaknya begitulah cara saya menghibur diri, sambil tetap berdo’a semoga secepatnya bisa pindah ke daerah barat, Amiiin…:). (do’a kiki di Wall saya aminkan sepenuh hati….) Betulkan Pri, Yen, Cyt, Ut dan Lin????

Ada banyak cerita yang ingin saya kisahkan, tapi mungkin nanti di kisah yang berbeda.
Kota Luwuk, Kota yang baru pertama saya dengar, Kota yang baru pertama saya datangi dan disinilah perjuangan saya baru saja dimulai...

Monday, August 17, 2009

Merah Putih dari timur... (Catatan sejarah dari Salakan)

"Dari sabang sampai merauke...
berjajar pulau-pulau...
sambung menyambung menjadi satu...
Itulah Indonesia....

17 Agustus datang lagi, seperti biasa rakyat Indonesia larut dalam keceriaan dan kemeriahan merayakan Independence day-nya Indonesia ini. Sebagai bentuk perhargaan terhadap segala macam perjuangan yang telah dilakukan pahlawan-pahlawan kita. Dijalanan, di perkantoran, bahkan dirumah-rumah penduduk sekarang memiliki satu tema "merah putih". Seperti sebait lagu ciptaan R. Suharjo diatas, Indonesia, dari sabang sampai merauke, bergembira dalam euforia kemerdekaan.

Kalau dilihat dari sejarah, jajaran pulau-pulau indonesia dari sabang sampai merauke baru tercipta setelah tahun 1962. Setelah terjadinya operasi Mandala, dengan tiga butir trikora, yang salah satunya mengomandokan untuk mengembalikan irian barat ke pangkuan ibu pertiwi, dan menewaskan sang pahlawan kita di laut Aru, Komodor Yos Sudarso. Sang Komodor tewas setelah kapal KRI Macan Tutul yang dinaikinya tenggelam dihantam peluru Belanda.Satu ucapan beliau yang terkenal yaitu " Kobarkan semangat pertempuran!"

Cerita sejarah perebutan irian barat mungkin sudah sangat kita kenal, karena menjadi salah satu topik yang dipelajari di pelajaran sejarah. Maka sepertinya saya tak perlu membahas terlalu panjang untuk kembali bercerita tentang operasi heroik tersebut. Yang ingin saya ingin sharing adalah saksi bisu dari perjuangan tersebut. Ya.. setelah 64 tahun Indonesia merdeka dan 47 tahun Irian barat kembali kepangkuan kita, namun kita masih melihat tanah yang direbut dengan susah payah ini seperti ditinggalkan.

Tahukah Anda pulau Peling??? tak banyak yang tahu... Kalau kota Salakan??? Ada bebrapa yang kenal... Kalau Kepulauan Banggai??? Ya sebagian kecil tahu....
Salakan, kota kabupaten kepulauan banggai, yang terletak di pulau peling ini memang tak begitu terdengar gaungnya di ranah sejarah nasional. Namun satu hal yang pasti, pulau ini menjadi tempat maha penting dalam peranannya mewujudkan Indonesia dari sabang sampai merauke...

Tidak berlebihan jika saya menyebutnya "maha penting" karena disinilah, dikota Salakan, strategi perebutan Irian barat disusun. Pulau ini menajadi markas operasi mandala yang waktu itu dipimpin Soeharto untuk penyusunan langkah2 perebutan Irian barat kembali kepangkuan indonesia. Namun seperti juga daerah timur lainnya, yang jauh dari hiruk pikuknya ibukota, kota ini seperti terlupakan.

Salakan, saya beruntung sampai di kota ini. Sungguh saya juga tidak tahu sebelumnya kalau ada kota yang namanya salakan apalagi sejarah yang menyelimutinya. Namun begitulah, Indonesia tak hanya bagian barat saja, sekali-kali berlayarlah anda ke timur maka anda akan mendapati eksotisme indonesia sesungguhnya. Untuk mencapai kota ini anda dapat menaiki kapal penumpang dari pelabuhan Lalong di Kota Luwuk. Perjalanan akan ditempuh dalam waktu 4 jam, tapi percayalah perjalanan itu akan terasa singkat karena anda akan dibuat terpesona oleh indahnya laut biru.

Sebagai kota kabupaten, Salakan sebenarnya jauh dari kata "kota". Listrik hanya hidup 12 jam disini, siang mati malam hidup. Saya ingat salah satu teman saya yang juga pergi ke salakan bersama saya waktu itu tidak menemukan Aqua dingin yang dia inginkan. Ya tentu saja, karena disini listrik terbatas, maka tak ada es di siang hari. Jika anda ingin ke rumah sakit, disini hanya ada Puskesmas. Kemudian infrastruktur jalan pun masih dalam tahap pembangunan. Ingat jika anda mau pakai HP, pastikan kartu anda Indosat, kalau tidak matikan saja.

Di pulau ini juga bermukim suku laut Bajo. Suku pelaut tangguh ini mengisi setiap pesisir laut pulau peling. Konon katanya suku ini tersebar diseluruh dunia dan memiliki keterkaitan yang unik. Suatu saat saya ingin mengetahuinya. Keunikan suku ini adalah rumahanya yang dibangun diatas laut, ya suku lebih banyak dilaut, bahakan menurut salah satu info dari situs yang saya baca, suku bajo hanya naik kedarat setiap enam bulan sekali... Untuk hal ini saya kayanya harus banyak baca referensi dulu.

Salakan memang baru saja berdandan karena baru saja menjadi ibukota kabupaten. Namun sesungguhnya daerah ini sangat kaya dengan hasil laut, beragam species makhluk hidup disini, rumput laut, dan hasil laut lainnya dan tentu saja ciri khas timur: Mutiara. Bahkan dari perjalanan saya dapat menyimpulkan juga bahwa keindahan alam bawah laut disini juga luar biasa. Namun hal itu sepertinya tak memberi arti apa-apa Salakan tetap saja seperti itu.

Dulu ketika di Indonesia barat saya juga tidak terlalu ambil pusing dengan daerah lain, namun setelah disini saya seperti tersentak dengan realita. Indonesia itu luas, dan beberapa daerah bahkan masih berjuang untuk menikmatinya. Setiap 17 Agustus merah putih berkibar, namun tak pernah sama yang terasa.
Disini, di tempat matahari terbit lebih awal, tapi mereka justru tertinggal sangat jauh. Disini merah putih juga berkibar indah, namun kibarannya tak semegah yang lainnya. Ditimur indonesia, salakan seperti terlupakan sejarah, hanya sebuah tugu yang menandai bahwa disini telah terjadi peristiwa luar biasa. Dengan kesenjangan yang terjadi, masih kah nasionalisme mereka dipertanyakan???Disini, ditimur indonesia, mereka menanti bukti nyata dari sebuah negara yang bernama Indonesia. Hingga suatu saat mereka dapat menikmati kemerdekaan yang sama dengan daerah lainnya... semoga..
Mari kita lanjutkan lagunya...

Indonesia tanah airku...
Aku berjanji padamu...
Menjunjung tanah airku...
Tanah airku Indonesiaaaa..........





Tugu trikora di Kota Salakan menjadi penanda bahwa disini pernah ada peristiwa sejarah... (foto diambil dari atas kapal penumpang salakan-luwuk)

Monday, August 10, 2009

Saya tak punya cita2, tapi saya (paling tidak) bisa mewujudkan cita2 mereka....

Koto Tuo Tanjung, 15 Tahun yang lalu..
Hari itu saya lagi ada pelatihan dokter kecil, karna kecil jadi yang dipelajari juga yang kecil-kecil seperti pasir, kuman, upil..eh ga deng...
Pada saat itulah salah seorang kakak pengajar yang cantik seperti Novia Kolopaking (maklum waktu itu lagi musim sinetron Siti Nurbaya) bertanya, " Hayo siapa yang mau jadi dokter beneran???
Semua tunjuk tangan kecuali saya. Si Novia Kolopaking pun menatap saya, dan saya pun menatapnya pandangan kami bertemu dan tanpa terasa ada getar... hei stop kamu kan masih kecil waktu itu.. eh iya hehehee, serius lagi.. Si NK bertanya kepada saya, " Kenapa kamu ga mau jadi dokter??" Dengan lugu saya menjawab " Takut liat orang di bedah, soalnya kemaren pas ayam saya di bantai saya lari"...
......
Itu cerita ga penting saya waktu kecil, jadi kesimpulannya jadi dokter bukan cita2 saya!!!!
Tempat yang sama 14 Tahun yang lalu...
"Nilai kamu bagus pasti karena ibu kamu guru" tuduh seorang bapak2 yang ga lulus SD kepada saya. PAdahal Mak saya kan tidak ngajar di sekolah saya. Saya terkejut dan menjatuhkan gelas ditangan saya, padahal waktu itu saya lagi main kasti...(apa hubungannya?) Saya pulang sambil berlari kencang hingga terasa rumah saya kelewatan, dan saya mundur lagi kemudian dengan berapi-api karena emang lagi di dapur saya bertanya pada nyokap "Mak nilai saya bagus karena apa??? Nyokap jawab, "kenapa ya??? hayoo kenapa???" Saya bingung pemabaca ada yang tau ga???
......
Menjadi guru tidak pernah jadi cita-cita saya, karena ibu saya seorang guru, sungguh menjadi guru adalah hal yang mulia dan itu saya lihat didiri Ibu sang perempuan Luar biasa. Ibu saya menagajar didaerah terpencil, untuk mencapainya pada waktu itu Ibu saya harus naik omprengan selama 15 menit, kemudian melanjutkan kaki melintas pesawahan dan hutan selama 30 menit, sementara paginya ia harus menyiapakan segala sesuatu untuk keluarga, Terimakasih Amak.... Saya tak ingin jadi guru, karena waktu itu dipikiran saya jadi guru susah.... Kerja berat gaji kecil... Ibu saya berpesan kerja kantoran lebih enak Nak...
.....
Tempat yang sama waktu yang sama,
Seperti biasa pada saat musim hujan maka sebagai petani Ayah saya melaksanakan rutinitasnya: Turun kesawah walaupun ada lagu anak2 yang menceritakan menyenangkannya turun kesawah tapi percayalah bagi saya sang anak petani lagu itu tak berarti apa2... Siapa bilang turun kesawah, mengembala sapi itu enak??? coba saja kalau tak percaya, kalau bukan demi penyambung hidup maka saya akan lebih memilih tidur dirumah saja... Maka ketika kaki saya digigit lintah saat mencabut benih padi untuk ditanam, ayah saya datang menolong dan dengan miris ia berpesan " Belajarlah yang rajin Nak, agar kau tak perlu lagi berpanas-panas dan digigit lintah....
....
Saya akhirnya tak tahu harus jadi apa, tapi yang jelas saya tidak mau jadi dokter, guru dan petani. Maka saya biarkan saja hidup mengalir mengikuti arusnnya. Ketika SMP saya masuk SMP X atas saran paman, ketika SMA saya masuk SMA Y karna saran Kakak,ketika kuliah saya masuk jurusan Z karena kebetulan temen saya telah memilih jurusan yang saya pilih sebelumnya sehingga saya mengalah dengan melempar koin burung atau angka.
.....
Memilih pekerjaan saat ini pun bukan bagian dari rencana saya, karena memang menjadi pengangguran itu tidak enak maka saya memasukan lamaran ke semua Instansi termasuk tempat saya saat ini, dan Tuhan punya cara indah menunjukan rahmatnya, Mungkin saya tidak pernah bercita2 kerja ditempat ini tapi satu hal cita2 ibu saya tentang kerja kantoran telah terwujud, dan kerja di ruangan AC dan tak lagi panas2 sesuai keinginan ayah saya juga telah terlaksana.
....
Saya tak punya cita2 tapi saya berhasil mewujudkan cita2 kedua orang tua saya, itu saja untuk sementara sudah cukup....

Saturday, August 8, 2009

Baru mulai...

seperti biasa setiap buka internet saya selalu mampir di blog nguping jakarta, sekedar untuk jingkrak-jingkrak ketawa trus guling-guling, pingsan lima menit baru sadar....
Eh setalah diteliti lebih lanjut ternyata disana ada ajakan untuk follow up.. eh maksudnya follow me eh apalah itu yang jelas akhirnya nih blog ada hehehe...
Jadi untuk pembuka saya tak mau menulis panjang soalnya judulnya udah keburu dibuat cerita pendek tentang perjalanan panjang jadi yaa ceritanya pendek trus jalan-jalan deh...
Oke deh untuk pembukaan segitu aja dulu soalnya kalau ditambah satu paragraf lagi bisa ngalahin UUD 45...