"Dari sabang sampai merauke...
berjajar pulau-pulau...
sambung menyambung menjadi satu...
Itulah Indonesia....
17 Agustus datang lagi, seperti biasa rakyat Indonesia larut dalam keceriaan dan kemeriahan merayakan Independence day-nya Indonesia ini. Sebagai bentuk perhargaan terhadap segala macam perjuangan yang telah dilakukan pahlawan-pahlawan kita. Dijalanan, di perkantoran, bahkan dirumah-rumah penduduk sekarang memiliki satu tema "merah putih". Seperti sebait lagu ciptaan R. Suharjo diatas, Indonesia, dari sabang sampai merauke, bergembira dalam euforia kemerdekaan.
Kalau dilihat dari sejarah, jajaran pulau-pulau indonesia dari sabang sampai merauke baru tercipta setelah tahun 1962. Setelah terjadinya operasi Mandala, dengan tiga butir trikora, yang salah satunya mengomandokan untuk mengembalikan irian barat ke pangkuan ibu pertiwi, dan menewaskan sang pahlawan kita di laut Aru, Komodor Yos Sudarso. Sang Komodor tewas setelah kapal KRI Macan Tutul yang dinaikinya tenggelam dihantam peluru Belanda.Satu ucapan beliau yang terkenal yaitu " Kobarkan semangat pertempuran!"
Cerita sejarah perebutan irian barat mungkin sudah sangat kita kenal, karena menjadi salah satu topik yang dipelajari di pelajaran sejarah. Maka sepertinya saya tak perlu membahas terlalu panjang untuk kembali bercerita tentang operasi heroik tersebut. Yang ingin saya ingin sharing adalah saksi bisu dari perjuangan tersebut. Ya.. setelah 64 tahun Indonesia merdeka dan 47 tahun Irian barat kembali kepangkuan kita, namun kita masih melihat tanah yang direbut dengan susah payah ini seperti ditinggalkan.
Tahukah Anda pulau Peling??? tak banyak yang tahu... Kalau kota Salakan??? Ada bebrapa yang kenal... Kalau Kepulauan Banggai??? Ya sebagian kecil tahu....
Salakan, kota kabupaten kepulauan banggai, yang terletak di pulau peling ini memang tak begitu terdengar gaungnya di ranah sejarah nasional. Namun satu hal yang pasti, pulau ini menjadi tempat maha penting dalam peranannya mewujudkan Indonesia dari sabang sampai merauke...
Tidak berlebihan jika saya menyebutnya "maha penting" karena disinilah, dikota Salakan, strategi perebutan Irian barat disusun. Pulau ini menajadi markas operasi mandala yang waktu itu dipimpin Soeharto untuk penyusunan langkah2 perebutan Irian barat kembali kepangkuan indonesia. Namun seperti juga daerah timur lainnya, yang jauh dari hiruk pikuknya ibukota, kota ini seperti terlupakan.
Salakan, saya beruntung sampai di kota ini. Sungguh saya juga tidak tahu sebelumnya kalau ada kota yang namanya salakan apalagi sejarah yang menyelimutinya. Namun begitulah, Indonesia tak hanya bagian barat saja, sekali-kali berlayarlah anda ke timur maka anda akan mendapati eksotisme indonesia sesungguhnya. Untuk mencapai kota ini anda dapat menaiki kapal penumpang dari pelabuhan Lalong di Kota Luwuk. Perjalanan akan ditempuh dalam waktu 4 jam, tapi percayalah perjalanan itu akan terasa singkat karena anda akan dibuat terpesona oleh indahnya laut biru.
Sebagai kota kabupaten, Salakan sebenarnya jauh dari kata "kota". Listrik hanya hidup 12 jam disini, siang mati malam hidup. Saya ingat salah satu teman saya yang juga pergi ke salakan bersama saya waktu itu tidak menemukan Aqua dingin yang dia inginkan. Ya tentu saja, karena disini listrik terbatas, maka tak ada es di siang hari. Jika anda ingin ke rumah sakit, disini hanya ada Puskesmas. Kemudian infrastruktur jalan pun masih dalam tahap pembangunan. Ingat jika anda mau pakai HP, pastikan kartu anda Indosat, kalau tidak matikan saja.
Di pulau ini juga bermukim suku laut Bajo. Suku pelaut tangguh ini mengisi setiap pesisir laut pulau peling. Konon katanya suku ini tersebar diseluruh dunia dan memiliki keterkaitan yang unik. Suatu saat saya ingin mengetahuinya. Keunikan suku ini adalah rumahanya yang dibangun diatas laut, ya suku lebih banyak dilaut, bahakan menurut salah satu info dari situs yang saya baca, suku bajo hanya naik kedarat setiap enam bulan sekali... Untuk hal ini saya kayanya harus banyak baca referensi dulu.
Salakan memang baru saja berdandan karena baru saja menjadi ibukota kabupaten. Namun sesungguhnya daerah ini sangat kaya dengan hasil laut, beragam species makhluk hidup disini, rumput laut, dan hasil laut lainnya dan tentu saja ciri khas timur: Mutiara. Bahkan dari perjalanan saya dapat menyimpulkan juga bahwa keindahan alam bawah laut disini juga luar biasa. Namun hal itu sepertinya tak memberi arti apa-apa Salakan tetap saja seperti itu.
Dulu ketika di Indonesia barat saya juga tidak terlalu ambil pusing dengan daerah lain, namun setelah disini saya seperti tersentak dengan realita. Indonesia itu luas, dan beberapa daerah bahkan masih berjuang untuk menikmatinya. Setiap 17 Agustus merah putih berkibar, namun tak pernah sama yang terasa.
Disini, di tempat matahari terbit lebih awal, tapi mereka justru tertinggal sangat jauh. Disini merah putih juga berkibar indah, namun kibarannya tak semegah yang lainnya. Ditimur indonesia, salakan seperti terlupakan sejarah, hanya sebuah tugu yang menandai bahwa disini telah terjadi peristiwa luar biasa. Dengan kesenjangan yang terjadi, masih kah nasionalisme mereka dipertanyakan???Disini, ditimur indonesia, mereka menanti bukti nyata dari sebuah negara yang bernama Indonesia. Hingga suatu saat mereka dapat menikmati kemerdekaan yang sama dengan daerah lainnya... semoga..
Mari kita lanjutkan lagunya...
Indonesia tanah airku...
Aku berjanji padamu...
Menjunjung tanah airku...
Tanah airku Indonesiaaaa..........
berjajar pulau-pulau...
sambung menyambung menjadi satu...
Itulah Indonesia....
17 Agustus datang lagi, seperti biasa rakyat Indonesia larut dalam keceriaan dan kemeriahan merayakan Independence day-nya Indonesia ini. Sebagai bentuk perhargaan terhadap segala macam perjuangan yang telah dilakukan pahlawan-pahlawan kita. Dijalanan, di perkantoran, bahkan dirumah-rumah penduduk sekarang memiliki satu tema "merah putih". Seperti sebait lagu ciptaan R. Suharjo diatas, Indonesia, dari sabang sampai merauke, bergembira dalam euforia kemerdekaan.
Kalau dilihat dari sejarah, jajaran pulau-pulau indonesia dari sabang sampai merauke baru tercipta setelah tahun 1962. Setelah terjadinya operasi Mandala, dengan tiga butir trikora, yang salah satunya mengomandokan untuk mengembalikan irian barat ke pangkuan ibu pertiwi, dan menewaskan sang pahlawan kita di laut Aru, Komodor Yos Sudarso. Sang Komodor tewas setelah kapal KRI Macan Tutul yang dinaikinya tenggelam dihantam peluru Belanda.Satu ucapan beliau yang terkenal yaitu " Kobarkan semangat pertempuran!"
Cerita sejarah perebutan irian barat mungkin sudah sangat kita kenal, karena menjadi salah satu topik yang dipelajari di pelajaran sejarah. Maka sepertinya saya tak perlu membahas terlalu panjang untuk kembali bercerita tentang operasi heroik tersebut. Yang ingin saya ingin sharing adalah saksi bisu dari perjuangan tersebut. Ya.. setelah 64 tahun Indonesia merdeka dan 47 tahun Irian barat kembali kepangkuan kita, namun kita masih melihat tanah yang direbut dengan susah payah ini seperti ditinggalkan.
Tahukah Anda pulau Peling??? tak banyak yang tahu... Kalau kota Salakan??? Ada bebrapa yang kenal... Kalau Kepulauan Banggai??? Ya sebagian kecil tahu....
Salakan, kota kabupaten kepulauan banggai, yang terletak di pulau peling ini memang tak begitu terdengar gaungnya di ranah sejarah nasional. Namun satu hal yang pasti, pulau ini menjadi tempat maha penting dalam peranannya mewujudkan Indonesia dari sabang sampai merauke...
Tidak berlebihan jika saya menyebutnya "maha penting" karena disinilah, dikota Salakan, strategi perebutan Irian barat disusun. Pulau ini menajadi markas operasi mandala yang waktu itu dipimpin Soeharto untuk penyusunan langkah2 perebutan Irian barat kembali kepangkuan indonesia. Namun seperti juga daerah timur lainnya, yang jauh dari hiruk pikuknya ibukota, kota ini seperti terlupakan.
Salakan, saya beruntung sampai di kota ini. Sungguh saya juga tidak tahu sebelumnya kalau ada kota yang namanya salakan apalagi sejarah yang menyelimutinya. Namun begitulah, Indonesia tak hanya bagian barat saja, sekali-kali berlayarlah anda ke timur maka anda akan mendapati eksotisme indonesia sesungguhnya. Untuk mencapai kota ini anda dapat menaiki kapal penumpang dari pelabuhan Lalong di Kota Luwuk. Perjalanan akan ditempuh dalam waktu 4 jam, tapi percayalah perjalanan itu akan terasa singkat karena anda akan dibuat terpesona oleh indahnya laut biru.
Sebagai kota kabupaten, Salakan sebenarnya jauh dari kata "kota". Listrik hanya hidup 12 jam disini, siang mati malam hidup. Saya ingat salah satu teman saya yang juga pergi ke salakan bersama saya waktu itu tidak menemukan Aqua dingin yang dia inginkan. Ya tentu saja, karena disini listrik terbatas, maka tak ada es di siang hari. Jika anda ingin ke rumah sakit, disini hanya ada Puskesmas. Kemudian infrastruktur jalan pun masih dalam tahap pembangunan. Ingat jika anda mau pakai HP, pastikan kartu anda Indosat, kalau tidak matikan saja.
Di pulau ini juga bermukim suku laut Bajo. Suku pelaut tangguh ini mengisi setiap pesisir laut pulau peling. Konon katanya suku ini tersebar diseluruh dunia dan memiliki keterkaitan yang unik. Suatu saat saya ingin mengetahuinya. Keunikan suku ini adalah rumahanya yang dibangun diatas laut, ya suku lebih banyak dilaut, bahakan menurut salah satu info dari situs yang saya baca, suku bajo hanya naik kedarat setiap enam bulan sekali... Untuk hal ini saya kayanya harus banyak baca referensi dulu.
Salakan memang baru saja berdandan karena baru saja menjadi ibukota kabupaten. Namun sesungguhnya daerah ini sangat kaya dengan hasil laut, beragam species makhluk hidup disini, rumput laut, dan hasil laut lainnya dan tentu saja ciri khas timur: Mutiara. Bahkan dari perjalanan saya dapat menyimpulkan juga bahwa keindahan alam bawah laut disini juga luar biasa. Namun hal itu sepertinya tak memberi arti apa-apa Salakan tetap saja seperti itu.
Dulu ketika di Indonesia barat saya juga tidak terlalu ambil pusing dengan daerah lain, namun setelah disini saya seperti tersentak dengan realita. Indonesia itu luas, dan beberapa daerah bahkan masih berjuang untuk menikmatinya. Setiap 17 Agustus merah putih berkibar, namun tak pernah sama yang terasa.
Disini, di tempat matahari terbit lebih awal, tapi mereka justru tertinggal sangat jauh. Disini merah putih juga berkibar indah, namun kibarannya tak semegah yang lainnya. Ditimur indonesia, salakan seperti terlupakan sejarah, hanya sebuah tugu yang menandai bahwa disini telah terjadi peristiwa luar biasa. Dengan kesenjangan yang terjadi, masih kah nasionalisme mereka dipertanyakan???Disini, ditimur indonesia, mereka menanti bukti nyata dari sebuah negara yang bernama Indonesia. Hingga suatu saat mereka dapat menikmati kemerdekaan yang sama dengan daerah lainnya... semoga..
Mari kita lanjutkan lagunya...
Indonesia tanah airku...
Aku berjanji padamu...
Menjunjung tanah airku...
Tanah airku Indonesiaaaa..........
No comments:
Post a Comment