Sunday, April 10, 2011

Off The Record OJT II

by Khairul 'Badai' Abdi on Sunday, 18 October 2009 at 14:45
Pagi itu di sebuah sudut kota Jakarta…
“Minggu ini kita harus berhasil” kata wanita berambut lurus sebahu…
“ Tentu saja, kita buktikan pada dunia…” Kata wanita bermata sipit sambil mengacungkan tiga jarinya keatas..METAL!!!
“Jangan sampai kalah sama Dora!!!!” Kata wanita kecil berjilbab tak kalah lantang nya…
“DORA??????”….
“Iya Dora, yang selalu berhasil itu lho…” sambung wanita itu sambil mengangkat dua tangannya dan melompat sambil berkata “ berhasil..berhasil…horee!!”
Itu adalah sebagian keributan kecil tiga wanita muda yang entah untuk apa. Yang jelas pagi itu disudut kota Jakarta, mereka tiba2 berkumpul seperti mau demo menurunkan harga tas LV yang katanya ada keluaran terbaru di Plaza Indonesia, anda sudah beli belum???.
Ini adalah cerita masa zaman dahulu kala, mungkin diantara anda ada yang belum lahir saking lamanya. Tepatnya tahun 2008 Masehi, Lho?? Untuk menyamarkan pelaku kita sebut saja nama perempuan berambut sebahu itu dengan sebutan Shinta, perempuan bermata sipit itu kita sebut saja Kiki dan perempuan kecil berjilbab itu kita sebut saja Rini. Penyamaran nama mereka murni untuk menjaga nama baik mereka yang mungkin dalam cerita ini akan dihancurkan Huahahahaha… (Tawa setan)
Kita Lanjutkan…
“Tapi kita belum lengkap nih…”kata Shinta
“ Iya, dia selalu saja telat..huh..” ujar Kiki sambil menyipitkan matanya, biar kesan sinetronnya lebih terasa, tanpa dia sadari matanya malah jadi hilang.
“Bagaimana kalau kita duluan saja?” Rini mengusulkan.
”Kita tunggu saja” jawab Shinta.
“Ntar kita telat” sambung Rini,
“Masih setengah jam lagi kok” jawab Kiki.
“Ntar lift nya penuh..” Rini masih berusaha.
“Nggak ah orang nya nggak sebanyak di pasar kok” .
“ Ntar kalau ada teroris gimana?”, “Ntar kalau kita di sandera gimana?” Ntar kalau kita masuk tipi gimana” Ntar kalau kita ditangkap densus88, Ntar…
“RINIIIIIII!!!!”
Teriakan shinta dan Kiki tiba2 saja menghentikan ocehan rini. Disudut sana seorang lelaki tua tiba-tiba saja pingsan mendengar teriakan itu.
“Kenapa sih?” Masih lama juga kok, trus teroris tuh mana ada main sandera2an, kalau masuk tipi mungkin memang benar tapi bukan karena teroris, tapi karena kita memang pantas masuk tipi” Shinta mengoceh panjang lebar.
“ Soalnya saya mau ke toilet” jawab Rini kalem. Oalaaaah…
Tiba-tiba ditengah kerusuhan itu, sebuah mobil sedan hitam metalik datang. Seorang lelaki parlente keluar dengan elegannya. Sejenak mereka terpana. Angin sepoi-sepoi entah kenapa tiba2 saja berhembus menambah dramatisnya suasana diiringi music Kenny G. Lelaki itu muncul dengan senyum yang menawan mengembang tanpa dosa.
“ Selamat pagi…” sapanya mantap.
Demi mendengar suara cempreng itu ketiga wanita itu pun sadar, dan tiba-tiba saja suasana berubah menjadi mengerikan.
“Hei.. lo kira kita menunggu hanya untuk LO AJA!!! Kiki memulai dengan mengacungkan jari telunjuknya tepat ke wajah si lelaki.
“ Masih sempat senyum lagi…Janjinya jam setengah tujuh sekarang jam tujuh, lo kira kami apa? POLISI TIDUR!!! Shinta menambah garangnya suasana.
“ Sebentar shin, kok lo perumpamaannya polisi tidur sih? Apa hubungannya?” Tanya kiki heran…
“ Soalnya itu yang terpikir ama gw” Kan ga mungkin gue bilang dinosaurus”.
“Bener juga ya” Kiki manggut2..
“ Eh sampai dimana kita tadi?”
“Toilet” sambar Rini.
“iya kenapa lu toilet????? Sambar kiki sambil tetap mengacungkan telunjuknya ke sang lelaki.
“Toilet?”
“Eh Maksud gw telat.. Kenapa lu telat?”
“Oh tadi ada kerjaan dikit yang harus diselesaikan…”
“Kerjaan???”
“Iya… makanya gw naik sedan itu” Jawab sang lelaki dengan bangganya…
“Ya.. ampuuun, lo sekarang punya mobil? Berarti bisa dong kita ntar dianter pulang, kali ini lo dimaafin deh..” Shinta tiba-tiba saja melunak..
“Eh..oh..eh..bukan.. itu bukan mobil saya”
“Oh jadi itu mobil bonyok lo, trus di kasih sopir juga, gilee tajir mampus lo…” Rini menimpali sambil berharap ntar sore bisa dapat tumpangan gratis.
“Bukan juga.. itu..ngg anu..”
“Trus???”
“ Itu mobil orang, saya juga ga kenal siapa, biasa kok tiap pagi gitu”
“Haaa… ada orang yang sengaja ngasih lu tumpangan?” Lu artis ya??”
“ Cita2 dan tampang sih iya, tapi bukan itu maksudnya, tiap pagi kan gw jadi joki 3 in 1, jadi di kasih tumpangan gitu, lumayan dapat 20.000” Kata si lelaki dengan sumringah (berasa artis)
Brukk…
Tiba2 si lelaki oleng, sebuah tas laptop dengan kekuatan meyakinkan tiba2 saja melayang ke tubuhnya…
“Yeee..kirain!!, tuh bawain tas laptop gw, udah telat, jadi joki, mimpi jadi artis lagi, kalau artis dunia satwa mungkin gw dukung lo…” sengit Kiki.. si lelaki hanya mingkem.
“Bisa kita ke toilet sekarang?” Rini dengan wajah sendu.
“Ngapain?”
“Sarapan… LO KIRA KE TOILET NGAPAIN?????... Rini yang kecil seketika berubah jadi raksasa diantara 3 liliput…
“ Oke—oke..” tiga liliput semakin menciut.
Maka keributan itu pun terhenti sejenak, mereka bergegas segera menuju tujuan mereka. Setelah antri di lift dan berdesakkan dalam lift yang seperti jet coaster itu sampailah mereka di tempat tujuan lantai 10.
Seorang satpam dengan wajah sulit di gambarkan menyapa mereka” Ada yang bisa di bantu?”
“Toilet dimana ya??” Rini langsung menyambar.
Sesaat wajahnya bingung, tak menyangka pagi2 sudah di tanyai toilet, alamat akan sial hari ini, pikir si satpam dalam hati.
“Eh.. toilet, lurus aja belok kiri..”
Tanpa ba-bi-bu rini langsung melesat bak meteor di malam hari yang mangabulkan permintaan manusia yang menyaksikannya..(lebay ya? Sengaja kok…)
Tinggal tiga manusia lainnya bengong, si satpam juga bengong…



Kokok…
“APaan tuh?”
“Oh itu ring tone HP saya”..
“ Aduh mbak, mas kalau ke toilet ga harus ke lantai sepuluh kan, di bawah kan juga ada, gratis kok”
“ Ga papa kok pam, sambil jalan-jalan” Kata si lelaki mencoba terlihat bersahabat.
“Loh jalan2 kok disini, dari kampung ya???”
“ Adduh pak maafkan teman saya ini, dia memang udik, sangat jauh dari peradaban manusia normal” Shinta mencoba mengklarifikasi, takut tuh satpam menyangka beneran kampungan, jadi cukup lelaki itu saja. “Kalau jalan mah bukan disini ya pak ya, masak di lantai sepuluh, kalau mau, disana lantai 15 yang lebih tinggian dikit, yak an pak?” kata Shinta sok mantap. Si lelaki manggut-manggut mendengar saran Shinta yang lebih keren itu.
Si Satpam dan Kiki hanya tertegun. Satpam berpikir hari ini bener2 hari sialnya, sedangkan Kiki merasa dunianya beberapa hari kedepan akan terasa sulit dengan adanya mereka.
Beberapa saat kemudian Rini datang dengan wajah yang sangat lega.
“Begini pak, kami kesini mau trening, kalau toilet anggap aja sebagai bonusnya” Kiki mengambil alih.
“Oh, mau trening, bilang dong dari tadi” Ujar satpam lega. “Tapi, mbak2 dan mas salah alamat, kalau mau trening kita ga nyediain, disini perkantoran, kalau mau di tanah abang banyak mbak, kemaren istri saya beli 10 ribu satu” Kata satpam sambil tersenyum.
Keempat manusia lainnya bengong.
“Aduuh bapak ini, pernah makan bangku sekolahan ga sih?” Trening, or in english we can say Training, that’s mean Trening. Do you understand?” Rini menjelaskan dengan mantap. Tiga temannya hanya memandang penuh kekaguman. Rini emang jago bahasa Zimbabwe pikir mereka.
“Saya memang ga pernah makan bangku sekolahan mbak, saya kan bukan rayap” Jawab satpam kalem. “Dari pada lama-lama, mbak2 dan mas temui atasan saya saja ya..” Satpam itu tiba2 mengusulkan ide cemerlang. Empat sekawan itu pun mengikuti satpam dan kemudian bertemu dengan bapak-bapak pimpinan kantor tersebut.

******
“Selamat pagi pak..”
“Pagi…” jawab seorang bapak-bapak. Logat Jawanya kental sekali.
“Ini pak ada Tiga anak kecil dengan langkah malu-malu, datang ke salemba sore itu” satpam mulai berpuisi
“Hey!!!” Sontak empat orang lainnya menatap tajam ke satpam.
“Oh maaf, bakat saya memang suka muncul saat mentari pagi masih bersinar lembut” sang satpam tetap berpuisi. “Ini pak ada yang mau trening disini”
“Hmmm… oke silakan duduk..”
Keempat makhluk itu saling berpandangan…
“Duduk dimana pak?”
“Oh ga ada kursi ya? Kalau begitu berdiri saja hahahaha…” si bapak terbahak.
Dimana lucu nya? Keempat manusia itu saling pandang.
“Jadi, kalian mau trening disini?”
“Iya pak, saya shinta, ini Kiki, dan Rini mau trening disini pak” kata Shinta menjelaskan.
“Loh kalau Cuma tiga orang, kenapa cecunguk ini ada disini?” kata si bapak menunjuk si lelaki yang merasa tak dianggap.
Shinta baru sadar kalau dia belum memperkenalkan si Lelaki. “Oh…maaf pak, maklum dia jarang exist… Kita panggil saja dia Badai pak…”
“Ga ada nama yang lebih bagus?” Sambut si bapak.
“Daripada Ngatinem pak, kan lebih ga bagus lagi” jawab shinta sambil tersenyum.
“Betul juga ya…” si Bapak manggut-manggut. “Tapi Ngatinem bagus kok namanya”
“Aduuh ahahahaha… Bapak ini, kampungan banget sih, dimana letak bagusnya… ahahahaha….” Shinta menjawab persis ibu2 kalau lagi ngegosip, kebayang kan?
“ Tapi menurut saya bagus kok, soalnya Ngatinem itu nama istri saya” Jawab si Bapak kalem.
Suasana berubah jadi sunyi dan kaku.



Kokok
“Ok baiklah, pokoknya kalian kalau disini harus adaptable, karena orang2 disini receivable kok, sehingga nantinya ilmu yang kalian terima bisa applicable, dan kalian pun bisa bekerja dengan responsible”
“Ok pak, kami akan berusahable dengan baikable, sehingga kami bisa lulusable dengan nilai sempurnable” jawab Rini berusaha menyesuaikan bahasa. Semua memandang Rini dengan kagum, sekali lagi Rini emang jago bahasa Zimbabwe. Kecuali sang bapak, dia memandang Rini dengan wajah bingung, tidak mengerti sama sekali.
“Ok kalau begitu kalian langsung saja ke dalam, ntar kalau mau tau tentang apapun tinggal Tanya yang lainnya. Ok!
“ok deee…” jawab kelompok it serempak.
Singkat kata singkat cerita, setelah basa-basi mereka pun duduk di kubikel mungil yang telah disediakan.
“Kita harus serius, mari kita susun rencana” Shinta mulai percakapan mereka.
“Iya, begini saja, pagi ini kita bikin janji ama mentor, trus kita tandem, ntar sore kita diskusiin lagi” Kiki mengusulkan.
“Ide bagus, pokoknya kita harus dapat nilai yang bagus” Rini bersemangat sekali.
“Iya, yuk kita mulai..” Shinta menyambut dengan antusias.
“Errr teman2 saya ada lho...” Badai tiba2 bersuara setelah selama ini merasa tak dianggap.
“Emang kenapa” jawab Kiki tak peduli.
“Saya boleh usul, sebaiknya kalau mau menemui mentor, jangan pagi2 ini, soalnya mereka pasti lagi sibuk banget, ntar aja agak siangan dikit” Badai memberi usul.
“Bener juga ya…”
“Sekarang mending kita baca bahan aja dulu” Badai kembali mengusulkan.
“ yup itu bener” sambut rini “Sekarang siapa yang punya bahan?”
“Dien” jawab Badai.
“Dien??? Siapa tuh?”
“Tetangga sebelah…”
“Hmm, diantara kita emang ga ada yang punya?”
“Coba liat di laptop gw deh dai, siapa tau ada” Kiki menimpali.
Tanpa babibubebo Badai langsung mengutak-ngatik si Laptop hingga….
“Aha…”
“Ada???” Kiki, Shinta dan rini serempak.
“Eh bukan, tapi saya menemukan game cooking akademi, kayanya bagus” sahut badai
“yeee kirain, tapi emang seru kok permainannya, gw aja udah di level 3 “ Kiki bangga.
“Oh ya? Coba dong dai…” Rini antusias. Maka Rini dan Badai pun sibuk main cooking academy.
“eh gw juga ada nih game yang seru, game nya nyari2 yang hilang gitu..” Shinta ga mau kalah.
“Oh ya” kata kiki, beberapa saat kemudian shinta dan kiki pun sibuk dengan game nya.
Niat mulia mereka untuk belajar pun hancur gara-gara seorang badai. Sekarang mereka malah sibuk main game. Sekali-kali terdengar cekikikan mereka berempat. Sampai…

** Bersambung**

Tulisannya jadi ngelantur, hehehe.. Niatnya sih mau cerita tentang kenangan OJT, eh jadinya begini.. Maaf ya.... Terutama pemeran Utama...

This note is dedicated to:
Rini,kiki dan Mbak Shin
Ini Dia para pemeran Utamanya....

Arsip Lama dari Notes Facebook

Saya tak punya cita2, tapi saya (paling tidak) bisa mewujudkan cita2 mereka....

by Khairul 'Badai' Abdi on Sunday, 09 August 2009 at 18:30
Koto Tuo Tanjung, 15 Tahun yang lalu..
Hari itu saya lagi ada pelatihan dokter kecil, karna kecil jadi yang dipelajari juga yang kecil-kecil seperti pasir, kuman, upil..eh ga deng...
Pada saat itulah salah seorang kakak pengajar yang cantik seperti Novia Kolopaking (maklum waktu itu lagi musim sinetron Siti Nurbaya) bertanya, " Hayo siapa yang mau jadi dokter beneran???
Semua tunjuk tangan kecuali saya. Si Novia Kolopaking pun menatap saya, dan saya pun menatapnya pandangan kami bertemu dan tanpa terasa ada getar... hei stop kamu kan masih kecil waktu itu.. eh iya hehehee, serius lagi.. Si NK bertnya kepada saya, " Kenapa kamu ga mau jadi dokter??" Dengan lugu saya menjawab " Takut liat orang di bedah, soalnya kemaren pas ayam saya di bantai saya lari"...
......
Itu cerita ga penting saya waktu kecil, jadi kesimpulannya jadi dokter bukan cita2 saya!!!!
Tempat yang sama 14 Tahun yang lalu...
"Nilai kamu bagus pasti karena ibu kamu guru" tuduh seorang bapak2 yang ga lulus SD kepada saya. PAdahal Mak saya kan tidak ngajar di sekolah saya. Saya terkejut dan menjatuhkan gelas ditangan saya, padahal waktu itu saya lagi main kasti...(apa hubungannya?) Saya pulang sambil berlari kencang hingga terasa rumah saya kelewatan, dan saya mundur lagi kemudian dengan berapi-api karena emang lagi di dapur saya bertanya pada nyokap "Mak nilai saya bagus karena apa??? Nyokap jawab, "kenapa ya??? hayoo kenapa???" Saya bingung pemabaca ada yang tau ga???
......
Menjadi guru tidak pernah jadi cita-cita saya, karena ibu saya seorang guru, sungguh menjadi guru adalah hal yang mulia dan itu saya lihat didiri Ibu sang perempuan Luar biasa. Ibu saya menagajar didaerah terpencil, untuk mencapainya pada waktu itu Ibu saya harus naik omprengan selama 15 menit, kemudian melanjutkan kaki melintas pesawahan dan hutan selama 30 menit, sementara paginya ia harus menyiapkan segala sesuatu untuk keluarga, Terimakasih Amak.... Saya tak ingin jadi guru, karena waktu itu dipikiran saya jadi guru susah.... Kerja berat gaji kecil... Ibu saya berpesan kerja kantoran lebih enak Nak...
.....
Tempat yang sama waktu yang sama,
Seeprti biasa pada saat musim hujan maka sebagai petani Ayah saya melaksanakan rutinitasnya: Turun kesawah, walaupun ada lagu anak2 yang menceritakan menyenangkannya turun kesawah tapi percayalah bagi saya sang anak petani lagu itu tak berarti apa2... Siapa bilang turun kesawah, mengembala sapi itu enak??? coba saja kalau tak percaya, kalau bukan demi penyambung hidup maka saya akan lebih memilih tidur dirumah saja... Maka ketika kaki saya digigt lintah saat mencabut benih padi untuk ditanam, ayah saya datang menolong dan dengan miris ia berpesan " Belajarlah yang rajin NAk, agar kau tak perlu lagi berpanas-panas dan digigit lintah....
....
Saya akhirnya tak tahu harus jadi apa, tapi yang jelas saya tidak mau jadi dokter, guru dan petani. Maka saya biarkan saja hidup mengalir mengikuti arusnnya. Ketika SMP saya masuk SMP X atas saran paman, ketikan SMA saya masuk SMA Y karna saran Kakak,ketika kuliah saya masuk jurusan Z karena kebetulan temen saya telah memilih jurusan yang saya pilih sebelumnya, sehingga saya mengalah dengan melempar koin burung atau angka.
.....
Memilih pekerjaan saat ini pun bukan bagian dari rencana saya, karena memang menjadi pengangguran itu tidak enak maka saya memasukan lamaran ke semua Instansi termasuk tempat saya saat ini, dan Tuhan punya cara indah menunjukan rahmatnya, Mungkin saya tidak pernah bercita2 kerja ditempat ini tapi satu hal cita2 ibu saya tentang kerja kantoran telah terwujud, dan kerja di ruangan AC dan tak lagi panas2 sesuai keinginan ayah saya juga telah terlaksana.
....
Saya tak punya cita2 tapi saya berhasil mewujudkan cita2 kedua orang tua saya, itu saja untuk sementara sudah cukup....